24 November 2013

Masuk Neraka Siapa Takut #Don't Tell It Anyone

Awalnya saya kaget melihat judul giveaway Mas Hari kali ini. Masuk neraka siapa takut?! Terkesan seperti menantang Sang Pencipta ya? Tapi di balik judulnya yang serem ampun-ampunan, saya tahu ada maksud baik yang ingin diberikan Mas Hari yaitu dakwah. Dalam kehidupan sehari-hari kita memang sering dengan entengnya melakukan suatu pekerjaan yang dibenci oleh Allah. Seolah-olah kita memang tak takut dosa dan tak takut masuk neraka. Mudah-mudahan setelah ini kita bisa menjadi seorang hamba yang senantiasa mengaitkan segala amal perbuatan kita dengan hari penghisaban kelak.
Ada Allah yang Maha Melihat. Ada Allah yang Maha Adil. Ada Allah yang Maha Menuntut Balas.

***

credit

“Tapi jangan bilang siapa-siapa ya, Is?”
“Hmm. Oke,” jawabku mantap sambil mangut-mangut.
“Aku tuh sebenernya suka sama A Tri.”
“Hah!” Refleks mulutku membulat mendengar pengakuan sahabatku.
“Ih. Biasa aja kali. A Tri kan ganteng, tinggi, pinter, anak rohis, tajir pula.” Sahabatku mempermainkan jari-jarinya. Menghitung hal-hal menarik yang menjadi alasan dia menyukai A Tri.
Dalam hati aku mengamini. A Tri memang layak untuk disukai.

Di atas adalah penggalan percakapan saya dengan seorang sahabat. Sebut saja Rima.

“Rima cerita apa aja, Is?”
Yah, selain Rima aku punya sahabat yang lain. Dia adalah Nesa. Tapi Rima kerap kali menceritakan privacy-nya padaku. Hanya padaku. Tidak pada Nesa.
“Nggak cerita apa-apa ko,” aku mengelak.
“Ah. Mana mungkin dia nggak cerita apa-apa. Tenang, Is. Aku nggak akan ngasih tahu orang lain ko.” Nesa mengacungkan telunjuk dan jari tengah tepat di depan hidungnya.
“Tapi kata Rima jangan bilang ke siapa-siapa.”
“Katanya kita sahabat. Tapi masih main rahasia-rahasiaan.” Nesa cemberut. Aku semakin salah tingkah dibuatnya. “Kasih tahu dong, Is. Nggak akan dikasih tahu ke orang lain ko. Ya please!” Nesa memelas, kedua tangannya dirapatkan di depan dada.

Aku serba salah. Di satu sisi aku kasihan pada Nesa. Bagaimana pun sebagai seorang sahabat dia pasti merasa diacuhkan dan tak dianggap. Di sisi yang lain aku sudah janji pada Rima untuk menjaga rahasianya. Diam-diam aku menyesali perbuatan Rima yang hanya menceritakan masalahnya padaku.

“Ya sudah. Tapi janji, ya? Jangan bilang siapa-siapa!”
“Oke. Oke.” Nesa memutar tangan di depan mulutnya. Persis orang yang sedang memutar kunci.
“Jadi kemarin Rima cerita kalau dia suka sama A Tri.”
“Serius, Is?”
Aku mengangguk.

Membaca dua scene percakapan saya dan sahabat-sahabat saya, temans pasti tahu letak kesalahan saya dimana. Ya, saya ingkar janji dan menyalahi amanah. Astagfirullah. Setiap kali mengingat peristiwa ini saya merinding. Takut tak diampuni. Takut dosa ini yang akan mengantarkan saya ke kerak neraka.

Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim)

Berarti saya termasuk orang munafik dong ya? Hiks. Peristiwa ini terjadi ketika saya duduk di bangku SMA. Bisa dibilang kesalahan yang saya lakukan adalah kesalahan yang kerap dianggap sepele.
Ya hanya membocorkan rahasia sahabat yang satu ke sahabat yang lain. Rahasianya juga bukan hal yang besar ko. Dalih saya waktu itu Padahal tak ada dosa yang sepele kan? Semua perbuatan kita akan dicatat oleh Rakib Atid dengan teliti dan tak ada yang terlewat.

Seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita tak bisa menjaga lisan, salah satunya dengan meyebarluaskan rahasia orang lain. Padahal menjaga rahasia saudara kita adalah kewajiban kita sebagai seorang muslim.

Dalil tentang kewajiban menjaga rahasia seorang muslim adalah hadits yang diriwayatkan Abû Dawud dan at-Tirmidzi dengan sanad hasan dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda:
Jika seseorang berkata kepada orang lain dengan suatu perkataan
kemudian ia menoleh (melihat sekelilingnya), maka pembicaraan itu adalah amanah.

Rahasia adalah amanah. Maka secara otomatis kita mempunyai kewajiban untuk menjaganya. Ketika kita tak bisa menjaganya, kita termasuk orang-orang yang khianat, dan orang khianat adalah orang munafik. Astagfirullah.

Di luar dugaan saya, suatu hari ketika kami sedang bersama, tiba-tiba Nesa meledek Rima.
“Ciiieeee. Ada yang lagi jatuh cinta sama A Tri nih,” Nesa mengedip-ngedip matanya pada Rima. Rima terkejut kemudian menatap saya sangar. Saya yakin, Rima pasti sangat kecewa. Pada waktu itu ingin sekali saya memarahi Nesa karena tidak bisa menjaga mulutnya. Tapi, bukankah saya juga tak bisa menjaga mulut saya sendiri?

Beberapa hari Rima tak mau bicara. Sms tak dibalas, telpon juga tak diangkat. Saya terus mencoba untuk meminta maaf sampai akhirnya dia mau memaafkan saya. Saya bersyukur hubungan kami membaik.
Tapi setelah kejadian ini, Rima tak se-terbuka dulu. Mungkin dia takut rahasianya akan saya bocorkan lagi. Peribahasa “Sekali lancung ke ujian” memang benar adanya. Seseorang akan sulit untuk dipercayai lagi jika dia pernah berkhianat.
Kalau pun Rima ingin berceita, dia lebih dulu mengancam saya, “Awas ya jangan ember lagi.”

Menjaga rahasia saudara kita adalah salah satu bukti bahwa kita menyayanginya. Coba kita bayangkan bagaimana jika kita ada di posisi seseorang yang dibocorkan rahasianya. Kita pasti kecewa dan merasa sangat bersalah karena telah menceritakan rahasia kita pada orang lain.
***

Suatu hari, Imam al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu beliau bertanya beberapa hal. Apa yang paling berat di dunia ini?”.
Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “memegang amanah” (QS. Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Lantas pertanyaan selanjutnya adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”.
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. Benar kata Imam al-Ghazali. Tapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”[1]

Perkataan Imam Al Ghazali saya jumpai kebenarannya. Tentang amanah yang menjadi sesuatu paling berat dan tentang lidah yang menjadi sesuatu yang paling tajam di dunia ini.
Temans bisa lihat dalam peristiwa yang saya alami, bagaimana lidah yang tidak dijaga bisa menyakiti hati orang lain dan merusak sebuah persahabatan. Dan tentang amanah, maka kita perlu tenaga yang kuat agar bisa melaksanakannya, meskipun itu hanya menjaga rahasia sahabat kita sendiri.

Rasulullah bersabda”
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه كما يحب لنفسه

Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai kalian mencintai saudara kalian seperti mencintai diri sendiri
 
Ada banyak dosa yang tidak kita sadari. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita bisa menjaga diri dari dosa-dosa yang kita sadari. Surga dan neraka itu haq. Keduanya ada dalam Al-qur'an. Meski tak seharusnya kita menjadikan surga dan neraka sebagai tujuan, tapi keduanya bisa menjadi pengingat bagi kita untuk berhati-hati dalam berbuat. Rido Allah tetap harus menjadi tujuan utama kita.


Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masih kau bersujud kepada-Nya?
Alm. Chrisye


[1] Hidayatullah.com

4 komentar:

  1. Alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
    artikel sudah resmi terdaftar sebagai peserta...
    mohon dicek kembali namanya di daftar peserta yang ada, kalau belum muncul harap beritahukan admin segera.
    salam santun dari Makassar :-)

    BalasHapus
  2. Berat itu menjaga amanah. Lidah memang tak bertulang. Siapa yang menjaga aib saudaranya, Allah akan menjaga aibnya kelak di akhirat. Perbanyak istighfar..
    Salam silaturrahim.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming