2 Maret 2012

Perjalanan 3 Bidadari


Ini adalah kisah perjalanan tiga orang bidadari yang perlahan meniti jalan kehidupannya masing-masing. Mereka bukan bidadari-bidadari lupa diri yang turun ke bumi hanya karena mencium parfum seorang lelaki. Tapi mereka adalah bidadari air, bidadari tanah, dan bidadari udara. Satu fase kehidupan membawa mereka pada ruang dan waktu yang sama. Hingga pada akhirnya mereka berhasil menumbuhkan pohon persahabatan berkat tanah, air, dan udara yang mereka miliki.


Bidadari Tanah
Di antara ke tiga bidadari ini, bidadari tanahlah yang terlihat paling kokoh. Namun hanya terlihat. Karena padanyatanya, air hujan saja bisa mengikis sedikit demi sedikit pertahanan hatinya. Dia adalah tempat paling tepat untuk dijadikan pijakan. Dengan berbagai unsur hara yang dimilikinya, dengan mudah dia menumbuhkan senyuman dan harapan pada berjuta tanaman yang layu. Namun sayangnya, dia tak bisa menjadikan dirinya lebih dari sekedar pijakan. Bahkan dia tak bisa berbuat apa-apa ketika ada kaki tak bertanggung jawab yang menginjak-nginjak senyumannya.
Ya, seperti itulah bidadari tanah.

Dia adalah bungsu dari tiga bersaudara. Sifatnya sangat ambisius. Mungkin karena dia selalu dibandingkan dengan kakak-kakaknya, dia menjadi liar, dan seolah ingin membuktiakan pada dunia jika dia bisa lebih baik dari kakak-kakaknya. Tapi sifatnya ini adalah kelemahannya. Harusnya dia sadar jika tak semua yang kita inginkan bisa terwujud. Jika dia sedang terpuruk, dia terlihat seperti tanah berbatu yang meraung-raung menginginkan teratai tumbuh di atasnya.

Pada akhirnya kini dia telah bahagia hidup dengan kaktus. Yang meskipun berduri dan terlihat membosankan, tapi di dalamnya tercipta air kebahagiaan.

Bidadari Air
Seperti namanya, bidadari ini adalah bidadari yang paling bisa menempatkan dirinya. Dia akan dengan mudah berinteraksi dengan siapa pun dan dimana pun dia berada. Namun selayaknya air, dia akan terus mangalir mengikuti arus. Sekali pun arus itu membawanya ke dalam comberan yang menjijikan. Dia bidadari yang paling menyenangkan untuk dijadikan sahabat. Ya, karena dia bisa menyerupai tempat apa saja yang dijumpainya. Pada akhirnya, sifat ke-air-annya ini membawanya pada sebuah tempat yang indah yang pada awalnya dia caci. Dia tak mau ada di sana. Tapi arus tetap membawanya ke sana. 

Kini, lihatlah senyumannya yang merekah. Beningnya seolah mengatakan KINI TELAH KUTEMUKAN DUNIAKU.

Bidadari Udara
Udara, apa yang kalian bayangkan jika mendengar kata ini? Tak terlihat, tak tersentuh, namun bisa dirasakan. Ya, itulah dia. Dia bidadari yang tak suka (tak bisa memperlihatkan dirinya). Dia lebih senang bersembunyi pada selimut-selimut rasa malu yang sering membuatnya rendah diri. Bidadari ini adalah bidadari yang selalu setia mendengar dan merasakan keluh kesah siapa saja. Namun sayangnya, dia sendiri tak bisa mengatakan pada dunia seperti apa perasaannya. Karena kalian tahu bukan? Jika dia tak bisa bersuara.

Saat hatinya dipenuhi kelembutan, dia adalah sosok yang bisa mendinginkan benak dan hati siapa saja. Namun ketika amarahnya memuncak, dia layaknya topan yang siap menerjang apa saja yang dilaluinya.

Kini dia telah menemukan seseorang yang bisa mendengar suaranya bahkan memperdengarkan suaranya ke setiap sudut. Dia adalah malam. Ya, malamlah yang senantiasa mendengarnya menangis dan ikut tertawa bersamannya, kemudian mengembunkan tangisan dan tawanya pada rerumputan. Hingga, saat pagi mengunjungi hari, dia menjadi sosok yang tak hanya bisa dirasakan, namun juga bisa dilihat.

 ****

bidadari gadungan yang numpang exis

2 Maret 2012. Sampai kalender membawa dunia pada angka itu, ketiganya masih menjaga pohon persahabatan yang tumbuh karena hakikat diri mereka masing-masing. Kini mereka menyadari jika Pencipta mereka selalu dan akan selalu memberi mereka yang terbaik. Meskipun pada awalnya takdirNya menghanyutkan mereka pada rasa kecewa, tapi pada akhirnya, aliran itu bermuara pada samudra kebahagiaan.

Mereka bertiga selayaknya gadis kecil yang merutuki hujan di sore hari yang membuatnya tak bisa berlarian. Namun setelahnya, terkembanglah senyumannya. Karena selepas hujan, tercipta lengkung pelangi yang memperindah setiap langkahnya.

12 komentar:

  1. aisssss.....huaaa pengen nangis....:D sukaaaa suka banget sama tulisannya...hahha bidadari tanah ya aku? hihihi :D

    BalasHapus
  2. dan aku masih mencari kaktus itu ais...:'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga cepat ketemu dan berbunga yaaa kaktusnya ^^

      Hapus
  3. kunjungan balik mba :)

    subhanallaah, I like it!
    bidadari udaranya.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hayooo yang ngerasa kayak bidadari udara ya mba??? ^^

      Hapus
  4. aku bidadari apa ya?
    hehehe

    btw, mudah-mudahan persahabatan yang tersirat dari foto itu bisa langgeng sampai kakek-nenek ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. asal jangan jadi bidadari lupa diri aja ya mba ^^
      iya, jazakillah doanya. aaamiin allahuma aamin

      Hapus
  5. hmmm........

    ini tentang persahabatn mbak???

    mba jadi bidadari apa???

    BalasHapus
  6. iyaaa. ayo tebak, bidadari apa yaaa?

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming